RAKYATNASIONAL.COM
FOLLOW BNC Like Like Like Like
Senin | 14 September 2020 11:20:42 WIB

PROFIL

Juhari Masudi Ditengah Pandemi Covid -19, Raih Gelar Doktor PAI Universitas Islam Jakarta

REDAKSI - RAKYATNASIONAL.COM
Juhari Masudi Ditengah Pandemi Covid -19, Raih Gelar Doktor PAI Universitas Islam Jakarta
RAKYATNASIONAL.COM,- Juhari Masudi Ditengah Pandemi Covid -19, Raih Gelar Doktor PAI Universitas Islam Jakarta

Adanya Pandemi Covid -19 ditahun 2020 ini, ternyata tidak menyurutkan semangat belajar, khususnya Mahaswa S3 Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Jakarta (UID), Juhari Masudi, dan pada Sabtu 12 September 2020, Juhari Mas’udi mengikuti Sidang Promosi Doktor Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Jakarta. yang digelar secara Webinar dan Tatap Muka, dimana dalam ujian doktor tersebut, Dewan Penguji Prof. Dr. Ir. H. Raihan, M.Si, Prof. Dr. H Dede Rosyada, MA, Prof. Dr. H Aziz Fachrurozi, MA, Prof. Dr. H. Aceng Rahmad, M.Pd serta Promotor Prof. Dr. H. Dedi Djubaedi, M.Ag serta Dr. H Sutardjo Atmowidjoyo, M.Pd melakukan pengujian doktor secara tatap muka dan Webinar, hal tersebut sebagai upaya tetap mengikuti aturan, ditengah pemberlakukan PSBB Transisi di Ibukota Jakarta yaitu menerapkan protokol kesehatan secara ketat, oleh Tim Satgas Covid -19, Universitas Islam Jakarta.

Desertasi yang diajukan Juhari Mas’udi, adalah "Reformasi Pembelajaran Pancasila Berbasis Agama, Dengan Pendekatan Achievement Mativation Training (AMT)", dimana dalam penelitiannya, Juhari Masudi melihat bahwa penyatuan/penggabungan Pendidikan Pancasila dengan Kewarganegaraan, dalam pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi, tidaklah efektif, sehingga harus dipisahkan.

Menurutnya penggabungan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan bagi mahasiswa yang diberikan dalam satu semester dengan beban dua SKS, tidak sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran, yang mengakibatkan target pembelajaran tidak tercapai.

Yang kedua, metode pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional yang menyebabkan kebosanan dan tidak menarik bagi mahasiswa, serta ketiga, materi kewarganegaraan lebih didominasi dari pada materi Pancasila, hal ini tidak sesuai aturan. Sehingga dengan hasil penelitian ini, akan memberikan masukan pada pemerintah agar Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan Kewarganegaraan tidak lagi digabungkan, dan Pembelajaran bisa lebih menyenangkan serta Pendidikan Pancasila bisa diberikan sesuai atauran, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, bahwa Pancasila adalah Mata Kuliah Umum Wajib (MKWU), ungkapnya.

Rektor Universitas Islam Jakarta, Prof Raihan, juga mengaku bersyukur Universitas Islam Jakarta hingga saat ini beberapa Mahasiswa S3 telah menyelesaikan program doktor (S3) Pendidikan Agama Islam, dan hari ini Promovendus Juhari Masudi mampu menyelesaikan studinya dengan baik, dan kita kukuhkan dengan menyandang gelar Doktor Juhari Mas’udi, semoga desertasinya dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi di Indonesia.

Hasil Penelitian Dr Juhari Masudi sangat baik, dan menyentuh aspirasi masyarakat dan bangsa, dan menjawab permasalahan yang aktual diperbincangan, dimana saat ini ada yang mempermasalahkan idiologi Pancasila, ada permasalahan keinginan lain dari kelompok tertentu, disinilah perlunya penataan kembali pembelajaran Pancasila di Perguruan Tinggi, atau bahkan mulai dari pendidikan dasar dan menengah atas, hal tersebut memang harus menjadi pemikiran-pemikiran akademik, karena akan memberikan nilai pada seorang manusia, jatidiri manusia Indonesia yang memiliki nilai agama dan nilai kenegaraan, sehingga tidak ada lagi kata "Radikalisme", dan harus bisa memaknai Pancasila itu mulai dari sekolah.

Dan hari ini Dr Juhari Mas’udi telah memberikan aspirasi bagi kita, khususnya di Pendidikan tinggi untuk mempelajari Pancasila, yang digabungkan dengan nilai-nilai Agama maupun Budaya, sehingga diharapkan akan memberikan secercah harapan bagi kita semua, dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila serte pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membusankan bagi mahasiswa maupun peserta didik, dan bisa masuk dalam sanubari, tegas Prof Raihan. (Nrl/Pry).
News Update